MEMBUAT SOLAR
Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi G-20 yang dilaksanakan 15-16 November 2022 lalu, Indonesia bersama-sama dengan negara-negara G20 lainnya memiliki agenda untuk mendukung dan mempercepat transisi energi. Secara umum terdapat dua kelompok besar upaya transisi energi yang dilakukan, yaitu memproduksi bahan bakar dari sumber energi baru terbarukan dan bijak dalam menggunakan sumber energi berbahan minyak.
Permasalahannya, kedua solusi tersebut memiliki banyak kelebihan dan sekaligus kekurangan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa bahan bakar minyak, misalnya solar, berasal dari proses penyulingan dan pemrosesan minyak mentah (crude oil). Namun sayangnya, distribusi senyawa yang diperoleh dengan penyulingan minyak mentah tidak sesuai dengan pola penggunaan komersial yang berlaku. Misalnya, permintaan untuk bensin (solar) jauh lebih besar daripada untuk fraksi titik didih yang lebih tinggi.
Sekelompok mahasiswa kimia Universitas A berpendapat bahwa kita dapat memproduksi solar lebih banyak dengan cara memaksimalkan perubahan distribusi alami dari minyak mentah. Beberapa proses kimia dapat digunakan setelah fraksinasi untuk mengubah distribusi alami demi mendapatkan lebih banyak bensin, misalnya melalui cracking, combining, and re-forming. Melalui penggandaan cara ini, mereka beranggapan bahwa produksi solar dari minyak mentah dapat diupayakan menjadi 2x lipat lebih banyak daripada sebelumnya.
Rumus kimia untuk solar rata-rata adalah C₁₂H₂₄, hal ini karena sebenarnya solar terdiri dari campuran antara hidrokarbon dengan C₁₀H₂₀ hingga C₁₅H₂₈ (sumber: Vitz, Ed; et al 2022/ libretext chemistry). Cracking adalah sebuah proses untuk memecahkan molekul hidrokarbon rantai panjang menjadi rantai-rantai yang lebih pendek.
Perhatikan reaksi cracking di bawah ini!
C₁₆H₃₄(l) → C₁₁H₂₂(l) + C₅H₁₂(l)
Melalui proses tersebut diharapkan akan dihasilkan banyak solar (C₁₁H₂₂) untuk memenuhi kebutuhan energi akan bahan bakar mesin diesel. Pro dan kontra mewarnai gagasan ini baik dari segi lingkungan, maupun ekonomi.
Di sisi lain, sekelompok mahasiswa dari Universitas B berpendapat bahwa cara lain dapat dilakukan dengan cara memproduksi biosolar sebagai bahan campuran pada solar yang lama kelamaan diharapkan bisa menggantikan solar. Cara produksi biosolar dari tumbuhan, misalnya kelapa sawit, juga harus melalui proses yang panjang.
Perhatikan reaksi transesterifikasi pembuatan biosolar berikut ini!
Namun cara ini nampaknya juga memiliki kelebihan dan kekurangan dilihat dari segi lingkungan dan ekonomi.
Comments
Post a Comment